PAHIT
Ada seorang guru bijak didatangi pemuda yg tengah dirundung masalah. Pemuda itu menceritakan seluruh masalahnya.
Sang guru yg bijak itu mendengar dg seksama. Setelah itu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu mengambil segelas air. Ditaburnya serbuk pahit itu ke dalam gelas kmdn diaduk perlahan.
“Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya?” ujar sang guru.
“Pahit sekali,” jawab si pemuda sambal meringis.
Sang guru tersenyum, mengajak pemuda itu berjalan ke telaga belakang rumahnya. Sesampai di tepi telaga yg tenang itu sang guru kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga yg jernih itu, dan dg sepotong kayu ia mengaduknya.
“Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah.”
Pemuda itu pun mereguk air itu. Sang guru bertanya lagi, “bagaimana rasanya?”
“Segar,” sahut si pemuda tersenyum.
"Apakah masih ada rasa pahitnya?" tanya Sang guru.
“Tidak,” jawab si pemuda.
Sang guru tersenyum penuh kasih sayang, kmdn berujar,
“Anak muda… dengarkan baik2. Pahitnya kehidupan sama seperti segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dn rasa pahitnya pun sama, dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yg kita miliki. Kepahitan akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya.
Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dlm hidup, hanya ada satu hal yg kamu lakukan: “Lapangkan dadamu menerima semuanya itu, Luaskan hatimu utk menampung setiap kepahitan itu…”
*******
Saudara-riku tercinta…
Hati kita adalah wadah itu…
tempat menampung segalanya…
Jangan jadikan hati kita seperti gelas.
Buatlah ia laksana telaga... yg mampu menampung setiap kepahitan hidup, kmdn mengubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian…
Selamat bekerja dg penuh semangat...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar